shining*

welcome to amel's blog :)

Sabtu, 24 Desember 2011

Scorpio vs Taurus (???)

ada apa antara cewek scorpio dan cowok taurus?
uhmmm......lets cekidot, ,

tentang cewek scorpio

Tipe karakter cewek zodiak Scorpio sederhana yang selalu menunjukkan mood yang sedang dialaminya. Anda dapat dengan mudah mengetahui apakah dia sedang marah, atau sedang merayu anda. menunjukkan dirinya lebih banyak melalui tingkah lakunya daripada apa yang dikatakannya, memang itulah karakter dia. Cewek Scorpio memiliki pembawaan yang misterius.

Percaya diri, dan jauh di dalam dirinya, Cewek Zodiak Scorpio adalah orang yang bangga dengan dirinya. Ia tidak suka berpikir bahwa ia "hanyalah" wanita,sehingga ia harus terbatasi dengan beberapa aturan sosial yang selama ini diterima.


Jika anda berpikir bahwa ia akan melakukan apapun yang anda lakukan karena ia mencintai anda, maka anda akan kecewa.Ia mungkin sedikit tomboy tapi ia dapat mengerti anda hanya dengan memandang kedalam mata anda. Anda mungkin dapat menggunakan kata-kata manis yang dapat menjatuhkan semua wanita, tetapi tidak akan dapat berlaku bagi cewek scorpio.


Cewek Zodiak Scorpio selalu menunjukkan kepada anda bahwa ia mencintai kebebasan. Jika ia memiliki kebebasan, ia tidak akan meninggalkan anda, bahkan akan semakin mencintai anda. Jika ia menginginkan sesuatu, ia akan melakukan apapun untuk mendapatkannya. Ia memiliki semacam indra keenam dan anda seakan dapat merasakan umpan balik energi saat berada disekitar dia.


Cewek Zodiak Scorpio menyukai cowok yang dapat mendapatkan rasa hormat darinya, dan dia juga akan menghormati dan merasa bangga terhadap si cowok. Seorang cowok yang memiliki kekuasaan terhadap si cewek ini sebaiknya tidak menantang kepercayaan dirinya.


Cewek Zodiak Scorpio suka didampingi oleh cowok yang ganteng, kuat dan sehat, apalagi untuk dibandingkan dengan pacar-pacar temannya. Jika si cowok memiliki gelar atau karir yang bagus, maka hal ini akan menjadi nilai tambah yang baik. Seorang cowok yang memiliki kekuasaan diatasnya sebaiknya tidak menantang kepercayaan dirinya.


Cewek Zodiak Scorpio adalah seorang cewek yang "hot", dia suka musik yang berat. Ia hanya mengenal cinta dan benci, ia tidak mengenal "suka" atau "tertarik". Cinta, baginya tidak memiliki sikap "mungkin". Jika ia benar-benar marah, maka ia akan membuang dan membanting barang- barang. Kemarahannya dapat meyebabkan semua piring beterbangan, dan dapat menuju kepala anda jika anda tidak hati-hati.


Tenanglah, karena Cewek Zodiak Scorpio tidak akan menghancurkan sembarangan, karena dia tahu membedakan barang. Terkadang ia akan menunjukkan kelemahannya, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Ia akan segera menata diri kembali dan kembali menjadi cewek yang "hot". Jika ia mencintai anda, dia tidak akan memperdulikan apa kata orang.


Hubungan yang dimilikinya dirasanya lebih penting daripada salah atau benar. Karena alasan inilah, anda dapat lebih mudah mengerti, bahwa beberapa wanita Scorpio rela menjadi istri kedua. Ia adalah orang yang manja, tetapi ia akan merelakan orang yang dia cintai untuk memiliki kekuasaan terhadap dirinya.


Jika anda berpacaran dengan wanita ini, sebaiknyaanda membuang semua surat cinta lama anda. Mungkin surat cinta anda sudah berumur 2 tahun, tetapi ia akan bertengkar mengenai hal ini karena hal ini adalah masalah yang sangat

besar bagi wanita yang pencuriga. Jika anda mengajak perang dingin dengannya, Cewek Zodiak Scorpio akan menyambutnya, dan akan menggandakan apa yang anda lakukan terhadapnya.

Jika anda membelanya sekali, maka ia akan membela anda 2-3 kali. Ia cukup fair dan adil, maka ia akan menerima permintaan maaf anda sebanyak dia dapat berpura-pura menerima semuanya untuk saat ini dan akan menunggu untuk waktu pembalasan dendam di masa mendatang.


Jika anda kedengaran manis, maka ia akan melakukan hal yang sama kepada anda, dua kali lipat. Benar-benar wanita yang fair. Ia suka mencari dan membelanjakan uang. Ia suka mendapat popularitas dan reputasi, dan tidak pernah membiarkan dirinya menjadi orang yang tidak punya apa-apa dan tidak punya nama.


Cewek Zodiak Scorpio terlalu bangga untuk menerima kenyataan bahwa ia "miskin". Ia suka dipandang orang, jadi jika anda adalah seorang manajer dengan gaji kecil, ia akan lebih bangga daripada menjadi istri seorang sopir truk dengan uang yang lebih banyak. Ia tidak suka berpikir dan tidak tahan menjadi orang yang "bukan siapa-siapa."


Jika anda menyukainya, coba sedikit jual mahal. Hal ini akan menggugahnya Ketika anda berkencan, atur jadwal anda, tapi jangan sampai dia tahu bahwa anda sesungguhnya telah merencanakan hal ini selama berminggu-minggu. Jangan pernah lupa untuk menjemputnya tepat waktu, atau lebih baik anda datang 5-10 menit lebih awal.

ASMARA PARA SCORPIO
Scorpio adalah zodiak yang paling perasa. Mereka penuh gairah setia dan sangat romantis. Ketika jatuh cinta, mereka menempatkan cintanya diatas segala”nya. Begitu juga saat putus cinta, diperlukan waktu yang lama untuk melupakan “kesalahan” yang dibuat pasangannya. Bagi para scorpio ada dua hal : cinta atau benci. Hubungan asmara scorpio akan indah dengan pasangan yang sensitif dan romantis seperti dia.
Agar hubungan asmara scorpio lancar, scorpio harus bisa mengontrol rasa cemburunya yang berlebihan. nggak ada yang dapat menyakiti scorpio kecuali perasan dicurangi atau dikhianati pasangannya.



tentang cowok taurus

Cowok taurus mempunyai sifat yang serba sederhana. Taurus pada umumnya berfisik tinggi, kuat dengan badan yang sehat. Tubuhnya cukup lurus, sruktur wajah cenderung kuat dan persegi. Matanya bersinar dengan kehidupan. Bahkan ketika ia sedang jatuh cinta, ia tetap menjadi seekor burung lepas. Ibarat sebutir pasir di telapak tangan anda, semakin anda ingin memegangnya, semakin mudah ia lepas. Jika anda bertahan dan mempertahankannya, maka ia akan tinggal dan menetap. Jangan membuat aturan buat cowok taurus, karena ia akan segera meninggalkan anda.

Ketika anda bersama dengan dia, ia hanya akan memikirkan anda. Tetapi satu jam kemudian ia akan mengubah pikirannya. Ia sangat sabar terhadap orang lain, tetapi tidak sabar dengan dirinya. Dunianya selalu berputar, dan hal itu tidak akan berhenti hanya karena dia mencintai anda. Jika Ia jengkel, dia akan segera menunjukkannya. Jika ada yang salah, ia akan menyalahkan kelengahannya dan tidak menyalahkan orang lain.

Cowok taurus sangat cool, pengertian, mampu bekerja baik, dan sangat artistik. Cowok taurus dapat menjadi seorang artis. Jiwa bebas yang suka bertualang, tetapi ketika ingin sendirian, jangan sentuh dia, biarkan dia sendirian.

Jujur dan tulus menghadapi teman-temannya. Tidak suka berbohong, maka Dia tidak akan berbohong kepada anda. Jika ia merasa butuh berbohong, ia akan berusaha mengatakannya dengan cara lain, atau berusaha tidak mengatakan apapun kepada anda. Jika ia harus terpaksa berbohong, maka anda tidak akan dapat membedakan apakah ia sedang berbohong atau tidak. Ia dapat menyimpan rahasia dengan baik, maka anda akan sngat sulit mengetahui bahwa sebenarnya ia kesepian. Jika anda mengingini tipe orang seperti ini, anda haruslah menjadi orang yang menarik. Ia harus ingin tahu mengenai anda. Neraka baginya adalah "Tidak ada kebebasan", maka jika ia menikahi anda, hal itu adalah keputusan paling berat dalam hidupnya. Selalu berusaha menarik, maka dia akan betah disisi anda.

bahasa korea (pemula)

Halo..halo.. **annyeong**
Bagaimana kabar anda?? **Ottokke chinaeseyo?**

Lanjut..lanjut..sekarang akk share contoh percakapan yang formal & biasa..cara perkenalan diri serta beberapa kosakata atw kalimat :D
**selamat belajar ^^**

# PERCAKAPAN (*formal biasa digunakan kepada orang yang lebih tua atau dalam kondisi formal)

1. Annyeonghaseyo atau formalnya *Annyeonghasimnikka?
Artinya: Apa kabar?; Halo; Selamat Pagi; Selamat Siang; Selamat Malam

2. Saya senang bertemu dengan anda
- Mannaso pan-gawoyo
* Mannaso pan-gapsumnida

3. Lama tak berjumpa dengan anda
- Oraeganmaniyeyo
* Oraeganmanimnida

4. Bagaimana kabar anda?
- Ottoke chinaeseyo?
* Ottoke chinaesimnikka?

5. Baik-baik saja
- Choayo
* Chossumnida

6. Biasa saja
- Kujo kuraeyo
* Kujo kurossumnida

7. Terima kasih
- Gamsahamnida, Gomawoyo
* Gomapsumnida

8. Terima kasih kembali
Chonmaneyo

9. Maaf, permisi
Sillyehamnida

10. Maafkan saya
- Mianhaeyo
* Mianhamnida

11. Tidak apa-apa
- Gwaench’anayo
* Gwaench’anssumnida

12. Selamat jalan (Saat mengantar kepergian seseorang)
- Annyonghi kaseyo
* Annyonghi kasipsio

13. Selamat tinggal (saat hendak meninggalkan seseorang)
- Annyonghi kyeseyo
* Annyonghi kyesipsio


# PERKENALAN DIRI
Klo memperkenalkan diri misalnya :
- Jeoneun sugae hagesseumnida = Saya akan memperkenalkan diri
- Jae ireumen Sien imnida = Nama saya adalah Sien. *
- Chonun Indonesia saramiyeyo = Saya orang Indonesia
- Jeoneun yeol daseot sal imnida, jakarta godeunghakyeoe gongbu hago isseumnida = Umur saya adalah 15 tahun, saya sekolah di SMA jakarta.
- kamsahamnida = terima kasih

*atau dapat juga Je ireumeun Sien - irago hamnida = nama saya adalah Sien


Demikian postingan saya untuk minggu ini..
Semoga cukup membantu.. gamsahamnida :)

Sabtu, 17 Desember 2011

cerpen #2


matahari untukmu, gunung es

“I like the way you sound in the morning
We’re on the phone and without a warning
I realize your sound is the best sound I have ever heard…”

               Dulu…
               Dia selalu mengirimkan sms berisi lirik itu setelah menutup telepon setiap pagi. Juga sms-sms atau note-note yang sering tidak aku mengerti apa maksudnya. Dan aku membiarkan smsnya kadaluarsa di inbox ponselku, note-note darinya berserakan, tersapu, atau terbuang dengan kertas-kertas bekas. Aku hanya membacanya sekilas, tersenyum, lalu melupakannya dan sibuk dengan hal lain.
               Aku bukannya ingin dia berhenti memanggilku ‘sayang’ dan berhenti melakukan hal-hal yang sebenarnya aku suka tapi tidak begitu aku perhatikan. Bahkan aku segera melupakan usahanya menghiburku, sesaat setelah aku kembali tersenyum dan bangkit dari jenuh. Dia selalu menyiksa dirinya sendiri dengan berpikir, berpikir, dan berpikir. Semua hal dia lakukan setelah memikirkannya begitu lama. Itu demi aku. Agar aku tidak kecewa dengan apa yang dia lakukan. Tapi aku sering memberinya pelajaran dengan mengabaikannya berhari-hari, agar dia tahu aku tidak suka, lalu dia akan memikirkan kesalahannya. Bukan, bukan itu yang ingin aku lepaskan. Melainkan aku hanya merasa sangat lelah dengan hubungan kami. Aku lelah menasehatinya untuk hanya melakukan hal yang benar, mendengarnya menangis karena kecewa padaku, menghadapi sikap manja yang membuatku muak, dan juga menghadapi semua hal tentang dia yang pada intinya memberiku penjelasan bahwa kita benar-benar berbeda.
               Lalu kenapa sekarang setelah dua tahun berlalu aku jadi ingat semua yang dia lakukan dengan tulus untukku, bahkan hal terkecil sekalipun?
               Kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh jika melihat tempat dimana dulu dia biasa duduk saat berkunjung kemari?
               Kenapa aku harus marah-marah seharian saat tidak menemukan selembarpun notenya yang dulu sering dia tinggalkan diatas meja kerja, diatas komputer, dibawah bantal, disaku jaket, atau yang dia selipkan melalui sela-sela dibawah pintu saat aku tidak di rumah?
               Kenapa aku harus teringat wajah manisnya setiap malam sebelum tidur?
               Kenapa aku ini???

               “KYAAAA….. AKU MAU NIKAH!!!!”
               Aku menepuk bahu sahabat sekaligus partner kerjaku yang memelukku begitu erat. Aku bisa merasakan kebahagiaannya saat itu. Kami hanya berpandangan dan tertawa, lebih dari sekedar ucapan selamat dan terimakasih. Aku juga tidak berkata apa-apa selain tetap menepuk bahunya. Sahabatku terduduk di lantai kantor yang baru dipel, dimana aku bisa melihat bayangan wajahnya tertunduk dan setetes air mata yang baru saja jatuh.
               Hampir 5 tahun. Fajar telah menunggu selama hampir 5 tahun untuk gadis pujaannya itu. Dan untuk bisa bersama seperti sekarang bukanlah hal yang mudah. Dulu mereka dekat. Fajar bilang kalau bukan karena harus pindah ke luar kota mereka pasti sudah pacaran waktu itu.
               “Aku sadar, memang aku yang bodoh banget sob. Kesempatanku banyak untuk bisa ungkapin perasaanku sama dia, tapi bodohnya aku gak pernah gunain itu. Aku selalu egois dan cuma mikirin perasaanku sendiri. Aku pikir kita bakal pisah dan gak mungkin ketemu lagi. Jadi aku memutuskan untuk melupakan perasaanku. Aku gak pernah mau tahu apa yang sebenarnya ada dihatinya, bahwa sebenarnya dia juga suka sama aku waktu itu. Dia nunggu sob. Paling tidak aku harus jujur sebelum aku pergi. Tapi bahkan aku gak pamit karena takut saat melihat wajahnya untuk yang terakhir. Aku terlalu sibuk menjaga perasaanku sendiri sampai-sampai aku lupa untuk menjaga perasaan orang lain juga. Itu adalah penyesalan terbesar yang pernah aku alami.”

               Penyesalan terbesar?
               Aku berusaha keras untuk tidak menyebut perasaanku sekarang ini adalah sebuah ‘penyesalan’ karena keputusanku dua tahun lalu.
              
               Dua tahun lalu…
               “Mari kita rayakan teman kita yang baru saja putus.” kata salah seorang temanku diikuti ge;ak tawa yang lain, waktu itu kebetulan kita sedang berkumpul di salah satu tongkrongan dipinggir jalan.
               Suasana saat itu cukup ramai, maklum malam minggu. Dan aku adalah salah satu orang yang hanyut dalam keramaian, sama sekali tidak merasa sedih atau kehilangan setelah memutuskan hubungan dengannya. Dia hanya bertanya kenapa, mengucapkan terimakasih, minta maaf karena tidak bisa menjadi pacar yang baik, lalu pergi sambil tersenyum. Tapi setelah berbalik aku melihat punggungnya bergetar, kedua tangannya terlihat seperti menyeka sesuatu diwajahnya. Yang kulakukan saat itu hanya meyakinkan diriku bahwa aku telah mengambil keputusan yang benar.

               “Malam minggu jadi gak harus ngapel lagi nih.” ejek seseorang.
               “Tenang saja, itu harus dibiasakan dari sekarang.” sambung yang lain.
               “Atau kalau tidak cari pacar lagi saja.”
               “Nanti kukenalkan teman-temanku, banyak yang jauh lebih cantik dari dia.”
               Dan masih banyak lagi kata-kata mereka, seakan-akan mereka bisa melihat jauh didalam hatiku ada rasa galau atau entah apa namanya, tapi aku berusaha menepis. Tiba-tiba….
               BRAKKKK…….. kecelakaan.
               Seorang pejalan kaki menjadi korban dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Sepertinya cukup parah karena cairan berwarna merah pekat mengalir dari kepala, aku tidak sempat mengenali wajahnya karena terlalu banyak orang berkerumun . Tidak lama setelah ambulance membawanya ke rumah sakit seseorang menarik lenganku dari belakang.
               “Mas tolong saya mas, tolong antar saya ke rumah sakit, yang barusan itu, kecelakaan tadi, korbannya tadi teman saya. Tolong mas saya mohon…” laki-laki itu terlihat begitu khawatir, wajahnya pucat. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung tancap gas ke rumah sakit. Saat itulah aku pertama kali mengenal Fajar.
              
               Setelah pertemuan malam itu aku jadi lebih sering bertemu dengannya di tempat kerja. Belum lama ini boss mengenalkannya sebagai partner baruku. Fajar adalah seorang pekerja keras dan juga mudah bergaul. Mungkin cocok dengan sifatku yang sedikit tertutup sehingga kita jadi cepat akrab. Dia juga sempat beberapa kali cerita tentang gadis pujaannya, korban kecelakaan waktu itu.
               “Jadi waktu itu kalian habis berantem?”
               “Gak juga sebenarnya. Waktu itu aku baru saja pulang dari luar kota, aku mencarinya karena sudah lama juga gak ketemu. Aku sudah pernah cerita ke kamu kan gimana perasaanku ke dia dan gimana tersiksanya aku nunggu waktu untuk ketemu sama dia. Tapi setelah ketemu bahkan dia sama sekali gak mandang aku. Tiap hari kerjanya cuma ngalamun, nangis, sama sekali gak mau cerita ada apa.”
               “Jadi kamu marah hanya karena dia gak mau terbuka sama kamu?”
               “Aku gak tahan lihat dia kayak gitu. Aku maksa dia untuk cerita tapi dia cuma diam. Aku kalap sob. Aku ungkapin perasaanku ke dia dan maksa nikahin dia. Dia pergi gitu aja, dan bodohnya lagi aku gak kejar. Aku malah sibuk dengan pikiranku sendiri. Sekarang aku gak tahu mesti gimana lagi dengan kondisinya yang seperti itu.” Fajar menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajah. Matanya menerawang, mungkin membayangkan gadis pujaan hatinya yang sampai saat ini kondisinya masih belum begitu baik.
               “Yang penting sekarang kamu jaga dia baik-baik. Jangan sampai kamu menyesal untuk yang kedua kali. Kita kembali ke kantor sekarang, jam makan siang sudah hampir habis.”
               “Amnesia.”
               “Apa?” aku mengurungkan niat untuk melangkah pergi. Punggung Fajar bergetar, wajahnya memerah, dan perlahan matanya mulai basah. Kenapa baru sekarang dia cerita? Gadis pujaan hatinya itu hilang ingatan.
               “Saatnya kembali bekerja.” katanya sambil berlalu.

               “Baru pacaran setahun, udah mau nikah.” ledekku suatu saat.
               “Daripada belum ada setahun udah putus.”
               “Kurang ajar!!”
               “Kenyataan sob.”
               “Masa lalu.”
               “Lebih tepatnya kesalahan di masa lalu.” seakan mengerti dengan kerutan didahiku Fajar bicara lagi. “Tidak mudah untuk mendapatkan gadis baik-baik, apalagi yang bisa memperlakukan kita dengan sangat baik seperti mantanmu itu.”
               “Sudah jangan bicara lagi.”
               “Kenapa? Masih suka?”
               “Kita sudah putus lama, aku juga sudah lupa kayak apa wajahnya.”
               “Kalau seandainya nanti ketemu lagi?”
               “Kecil kemungkinan untuk bisa ketemu lagi.” aku menghela nafas panjang. “Jadi kondisinya sudah benar-benar baik?” tanyaku kemudian untuk mengalihkan pembicaraan. “Calon istrimu…”
               “Kecelakaan dua tahun lalu gak cuma merenggut ingatannya, tapi juga menyisakan penyesalan yang dalam buat aku sob. Saat menjawab lamaranku aku yakin dia dalam kondisi yang sangat baik. Aku gak akan mengecewakannya lagi karena kesempatan gak datang berkali-kali.”
              
               Kesempatan?
               Apa aku juga masih punya kesempatan seperti itu?
               Arghh…kesempatan macam apa yang aku harapkan?

               “Kapan kamu mau nyusul?”
               “Apa???” aku sedikit terkejut dengan pertanyaan Fajar barusan.
               “Sudah dua tahun putus, gak cari pacar lagi?”
               “Belum ketemu yang cocok saja mungkin.” jawabku sekenanya sambil tetap mengetik laporan didepanku.
               “Mungkin?”
               “Iya. Gak segampang itu pacaran. Kalau gak serius mending gak usah lah.”
               “Memangnya kamu mau cari yang kayak gimana sih?”
               “Gak gimana-gimana. Semua cowok pasti maunya yang baik-baik.”
               “Misalnya gitu, hatimu yang dingin itu, menginginkan gadis yang seperti apa?”
               “Yang penting dia sabar dan perhatian.”
               “Harus cantik?”
               “Tidak perlu terlalu cantik, yang penting menganggap dirinya hanya untukku tanpa pernah menghiraukan laki-laki lain. Mengerti semua sikapku dan memahami kesibukan-kesibukanku.”
               “Kamu suka yang rambut panjang atau yang pendek?”
               “Kalau bisa jangan terlalu panjang, tapi juga jangan terlalu pendek. Dia harus bisa memberiku semangat setiap hari, mengirimkan pesan-pesan romantis, meninggalkan catatan kecil yang akan aku baca sebelum tidur, tahu bagaimana cara menepuk bahuku saat aku galau, memelukku tanpa menunggu sampai aku membuka kedua tangan, merengkuh kepalaku dan memangkunya sambil diusap dengan penuh kasih, tidak pernah marah saat aku membuat kesalahan tapi langsung cemburu besar saat tahu ada gadis lain yang memperhatikanku…”
               “Masih cinta?”
               “Masih…” seketika seluruh kegiatanku terhenti.
               Fajar memperhatikanku yang tengah terpaku. Aku tidak mengerti apa yang baru saja aku katakan dan bagaimana bisa aku mengatakannya dengan begitu mudah. Tapi sepertinya Fajar lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku ini.
               “Cari dia.”
               “Untuk apa mencari…”
               “Untuk apa mengelak?! Heh, kamu itu laki-laki bukan. Sama perasaan sendiri saja kamu takut. Paling tidak jujurlah dengan dirimu sendiri. Mau sampai kapan kamu jadi penipu?”
               “Laporan ini harus sampai ke tangan boss sore ini juga.”
               “Ashhh…” Fajar mulai melangkah pergi setelah merasa kuusir, tapi kemudian dia berbalik lagi. “Hey, aku jadi penasaran sebenarnya dia itu sejelek apa sampai kamu menolaknya mati-matian.”
               “Apa??”
               “Dia itu pasti jelek, gendut, kulitnya hitam legam, berotot, rambutnya kusut, pake kacamata minus tujuh….” Fajar lari tunggang langgang saat melihatku mengangkat asbak.
               Lalu aku kembali dengan laporanku. Tapi betapa terkejutnya aku saat melihat dilayar komputerku muncul wajah seorang gadis. Aduh, kenapa aku ini…?

cinta adalah yang bisa membuatmu kuat karenanya
sesekali jatuh,
dan dia juga yang akan membantumu bangkit
hal yang selalu menimbulkan kebahagiaan bukan berarti cinta
dan yang beberapa kali membuatmu menangis juga belum tentu cinta
cinta adalah,
yang bila melukai ia akan terus ada sampai kau benar-benar bangkit kembali

               Sebuah note berwarna biru tua tidak sengaja terbaca olehku saat aku mengambil dokumen di meja kerja Fajar.
               “Woi!!!”
               “Ngagetin aja.” kataku saat tiba-tiba Fajar sudah berdiri dibelakangku. “Itu apa?”
               “Mana?” dia membolak-balikkan kertas kecil itu. “Gak tahu. Tadi ada di tasku.”
               “Di tasmu? Masa kamu gak tahu siapa yang taruh di tasmu?”
               “Aduh, penting ya? Aku mau ketemu boss. Dokumen yang kemarin kamu minta itu kamu cari sendiri di laci nomor dua dari atas. Aku buru-buru.” kemudian dia berlari keruangan boss. “Eh, ini kalau kamu mau ambil aja.”
               Aku terpaku memandangi note biru tua yang sedikit lecek dipegang Fajar tadi.

               Akhhh… Apa-apaan aku ini.
               Mana mungkin aku merindukan hal semacam itu? Hanya kertas kecil yang diberi tulisan saja. Sangat mudah untuk membuat note seperti ini. Siapapun pasti bisa melakukannya, tidak hanya dia.

               Sudah berusaha untuk menyibukkan diri dengan pekerjaan, hampir setiap malam minum obat tidur, tidak pernah membiarkan diri sendiri untuk menghindar dari yang namanya melamun, bahkan di akhir pekan pun masuk kerja dengan alasan lembur banyak pekerjaan, tapi hal itu tidak juga bisa membuatku berhenti memikirkannya. Berkali-kali meneriakkan ‘aku sudah melupakannya’ pada diriku sendiri tapi tetap saja tidak cukup kuat untuk mengusir bayangannya dari otakku.
               Sudah dua tahun berlalu, dulu hubungan itu hanya berlangsung beberapa bulan. Setelah berpisah selama dua tahun ini aku baik-baik saja, aku yakin aku sudah berhasil melupakannya bahkan sejak sesaat setelah berpisah. Aku tidak pernah bertemu dia lagi dan aku rasa itu tidak masalah. Aku menikmati hidupku selama ini, aku tidak punya pacar aku sendiri juga tidak tahu kenapa, tapi aku tidak merasa terganggu dengan hal semacam itu. Banyak hal yang bisa aku lakukan. Sungguh aku yakin telah benar-benar melepaskannya. Aku adalah laki-laki yang tangguh dan tidak butuh siapapun untuk menopang hidupku. Pegangan? Apa itu? Aku tidak butuh pegangan karena aku tidak akan jatuh. Aku bisa berdiri dengan kakiku sendiri.

               “Are you okay?” Fajar menepuk bahuku pelan.
               “Aku sudah melupakannya.”
               “Ngh??”
               “Aku tidak membutuhkannya lagi.”
               “Hey, kamu ngomong apa sih?”
               “Aku dan dia sudah putus. Sudak berakhir. Aku tidak perlu mengungkit-ungkit masa lalu lagi. Kenapa aku harus menelan ludahku sendiri. Untuk apa aku memungut sampah yang sudah aku buang…”
               “Jadi selama ini kamu anggap dia itu sampah?!” aku terdiam mendengar kalimat Fajar. “Kamu itu sebenarnya siapa sih? Kita berteman sudah dua tahun tapi sekarang kamu terlihat seperti orang asing.”
               “Dia bukan sampah, Jar. Dia adalah harta yang pernah aku buang sia-sia.”
               “Terus saja kamu bersikap angkuh.”
               “Angkuh kamu bilang? Aku sadar aku salah tapi kamu malah…”
               “Dia itu bukan harta, yang bisa kamu miliki dan kamu tinggalkan kapanpun kamu mau. Atau bahkan yang bisa kamu jual atau kamu tukarkan dengan barang lain.” Fajar menghela nafas panjang. “Manusia itu diciptakan beda-beda. Ada yang cakep ada yang pas-pasan, ada yang baik ada yang salah jalan, ada yang kita suka ada yang pernah mengecewakan, semuanya punya perasaan. Termasuk dia. Entah dia itu tidak cantik atau sering membuatmu kecewa tapi tetap saja dia punya kehidupan sebagai dirinya sendiri. Dia tidak hanya harus memperlakukanmu sebagai pacar dengan cara yang sempurna, tapi dia juga adalah gadis yang kamu pilih untuk dicintai. Jangan hanya membuka mata lebar-lebar untuk mengamati setiap detail kesalahannya, sesekali tutup matamu untuk melihat kesalahanmu juga. Mungkin memang dia pernah salah, tapi kamu sadar kan sekarang bahwa dua tahun ini kamu hidup dengan sebuah kesalahan besar?”
               “Dia gak pernah membuat kesalahan sedikitpun.”
               “Mana ada orang yang gak pernah salah sob…”
               “Dia. Yang dia buat itu bukan kesalahan, melainkan sesuatu yang dia pikir bisa membuatku senang. Dia hanya gak tahu gimana cara melakukannya dengan benar.”
               “Lalu kesalahanmu sendiri?”
               “Kesalahanku?”
               “Apa kamu pikir yang kamu lakukan semuanya benar?”
               “Aku hanya gak pernah benar-benar memandangnya.”
               “Huffffff… Jadi dia itu sebenarnya seperti apa? Aku jadi penasaran.” Fajar tersenyum sambil menyikut lenganku. “Dia itu benar-benar tidak cantik ya?”
               “Hmmm…”
               “Kamu bilang gak pernah benar-benar memandangnya, berarti kamu sendiri tidak tahu dia itu seperti apa. Akhhh… Aku jadi heran.”
               “Aku juga heran dengan diriku sendiri. Dia itu tidak cantik, yah kadang-kadang saja terlihat manis, tapi cuma sedikit, tapi kenapa aku bisa suka? Sikapnya itu selalu kekanak-kanakkan, kadang cemberut hanya karena hal kecil, tapi kenapa saat dia begitu justru terlihat sangat menggemaskan? Tulisannya berantakan seperti tulisan anak TK, meskipun kata-katanya lumayan, tapi kenapa aku sampai bingung setengah mati mencari note-note darinya dulu?”
               “Jadi keputusannya?”
               “Apa?”
               “Aduh… Masih tanya apa lagi.” Fajar mengacak-acak rambutnya sendiri. “Bukannya tadi kamu bilang sendiri bahwa dia adalah harta yang kamu buang sia-sia?”
               “Tapi dia juga bukan harta yang bisa aku miliki, aku tinggalkan, bahkan aku pungut lagi setelah membuangnya ke tempat paling kotor.”
               “Dengar, kalau seseorang merasa menyesal setelah membuang sesuatu dia gak akan berpikir dua kali untuk mencarinya lagi. Tidak peduli masih disana atau sudah dipungut oleh orang lain, tapi akan terus dicoba untuk mencari, memungutnya lagi, membersihkannya sampai betul-betul bersih, lalu menjaganya sebaik mungkin. Tapi kamu? Coba lihat apa yang kamu lakukan sekarang. Benar-benar menyedihkan. Tidak peduli apakah dia masih sama seperti dulu atau bahkan dia sudah melupakanmu sekalipun, cari dia.”
               “Aku memang mau mencarinya kok.”
               “Arghh… Dasar!!!” Fajar memukul kepalaku dengan map yang dari tadi dibawanya. “Aku merasa seperti sedang menasehati anak SD.”
               “Yang benar saja?”
               “Tentu.”
               “Baru kali ini ada anak TK menasehati anak SD.”
               “Mati kamu!!!!!!”

               Hffffff………..
               Menghela nafas beberapa kali, memejamkan mata dan membiarkannya menari-nari diatas kepalaku. Malam ini aku mengijinkannya memenuhi pikiranku dan membuatku tidak bisa tidur. Aku tidak boleh lagi mengusir bayangannya setiap malam. Aku harus terbiasa dengan itu semua, karena secepatnya aku akan menemukannya lagi dan tidak akan pernah kulepaskan.

               “Kamu darimana saja? Sudah ditunggu boss dari tadi.”
               “Aduh, nanti saja ceritanya. Sekarang kita ketemu boss dulu.” nafas Fajar masih tersengal-sengal karena berlari tadi.
               “Telat.”
               “Hah?? Mana bisa begitu, aku kerjakan itu sampai lembur masa telat sebentar saja tidak dimaklumi.”
               “Aku sudah bicara sama boss, dia bilang dia setuju dengan idemu. Besok siang dia minta kamu temui dia lagi karena hari ini dia berangkat ke kantor pusat. Hhhh… Aku sampai harus berbohong dan bilang adikmu masuk rumah sakit. Padahal kan aku tidak pernah berbohong.”
               “Yang benar?? Jadi kamu melakukannya untukku ya? Boss setuju? Wah… gak salah ternyata aku punya teman seperti kamu ini.” Fajar merangkulkan tangannya dipundakku. “Nanti pulang kantor aku traktir kamu, sekaligus aku kenalkan pada calon istriku.”
               “Hari ini?”
               “Iya. Kenapa? Gak bisa?”
               “Bukannya gak bisa. Rencananya hari ini aku mau menemuinya.”
               “Jadi kamu sudah tahu dia dimana? Jangan bilang kamu baru mau cari tahu ya.”
               “Memang belum.”
               “Haduhh… Payah!!”
               “Aku baru mau mulai. Sudah dua tahun, aku tidak yakin dia masih ada di tempat yang sama. Aku juga tidak yakin dia masih dia yang sama, yang selalu bisa memaafkanku.”
               “Hey, sudah memutuskan untuk mencari kenapa sekarang begini lagi? Tidak peduli dimaafkan atau tidak yang penting temui dan minta maaf. Kamu jadi laki-laki plin-plan betul. Sekarang yang…”
               “Akhhh…. sudah-sudah. Jangan ceramah lagi. Nanti setelah ketemu dengan pacarmu aku langsung cari dia.”
               “Nah… begitu donk.”
               “Kerja… kerja… kerja…”

               Arghhh……
               Sebenarnya siapa yang kurang kerjaan melukis wajahnya dimana-mana?
               Di layar komputer, halaman buku, lembar dokumen, map, cangkir kopi, juga di dinding hanya wajahnya yang terlihat. Bahkan saat aku memejamkan mata pun dia seperti tersenyum melihatku. Apa maunya sebenarnya. Padahal aku sudah memutuskan untuk mencarinya hari ini. Apa dia pikir itu belum cukup. Sudah menyiksaku secara tidak langsung, sekarang aku mengibarkan bendera putih untuk menyerah, kenapa dia masih saja mengganggu pekerjaanku. Lama-lama dia itu keterlaluan sekali. Kalau begini caranya kerjaanku gak mungkin beres hari ini.
               Tapi membayangkan bertemu dia lagi…
               Aku merasa ada kupu-kupu sedang merayakan pesta kembang api dalam perutku. Mereka menari-nari dan berkejar-kejaran sampai ke kepala. Baru mau bertemu saja sudah membuatku pusing setengah mati. Setelah bertemu nanti, kira-kira apa yang akan terjadi ya? Apa mungkin dia akan memaki-makiku habis-habisan? Atau dia malah tidak mau bertemu denganku lagi? Tapi mungkin juga dia akan berlari lalu memelukku karena tidak bertemu cukup lama. Dulu semua kesalahanku dia maafkan bahkan sebelum aku minta maaf. Terkadang malah dia yang minta maaf padaku padahal jelas-jelas aku yang salah. Apa mungkin dia masih sama seperti dulu?
               “Siapa?”
               “Dia.”
               “Dia?” aku baru menyadari Fajar sudah duduk di meja kerjaku. “Bukannya kerja tapi malah membayangkan seorang gadis. Mau aku laporkan boss?!”
               “Sejak kapan kamu disitu? Sudah aku bilang jangan suka nagkring di mejaku. Nanti kotor kena pantatmu, tahu gak?!”
               “Dia itu…” Fajar menuruti kataku dan mengambil kursi disampingku. “Hebat juga ya.”
               “Hebat bagaimana maksudnya?”
               “Gunung es.”
               “Apa??”
               “Dia bisa membawa kekuatan matahari dan melelehkan sebuah gunung es yang sangaaaaaat dingin ini.” katanya sambil melirik kearahku.
               “Bicara apa kamu?”
               “Lihat dirimu! Kamu itu gak hanya seperti es yang dingin tapi juga seperti robot dengan sebuah pengendali otomatis. Sudah sadar belum apa yang membuatmu kehilangan dia dulu?”
               “Kesalahanku.”
               “Iya, tapi apa? Yakin sudah tahu dimana salahmu?”
               “Aku gak akan mengulanginya lagi.”
               “Aku juga tahu. Kalau kamu ulangi lagi berarti kamu itu sudah gak waras. Sekarang kamu memutuskan untuk mencarinya saja sudah merupakan keajaiban. Dan aku tahu ini tidak mudah untukmu. Kamu merasa seperti harus mengoles kotoran kerbau di wajahmu sendiri. Bahkan untuk mengakui bahwa kamu yang menghilangkan flashdisk kantor bulan lalu saja tidak berani.”
               “Apa?? Jadi kamu…”
               “Tentu saja aku tahu. Kamu itu sudah lebih dari sekedar adikku.”
               “Mencoba membuatku terharu?”
               “Ashhh… Terserah kamu saja”
               “Terimakasih ya.”
               “Ngh??” Fajar mengerutkan kening. “Mau coba membuatku terharu?” lalu kami tertawa. Menyenangkan sekali memiliki sahabat seperti dia.
               “Tadi pagi itu kenapa? Kamu terlambat lebih dari dua jam.”
               “Oiya. Tadinya aku mau bawa pacarku ke kantor pagi ini. Aku pikir kita bisa sarapan bersama sebelum aku ketemu boss. Tapi sampai di rumahnya…”
               “Dia kenapa?” tanyaku tidak sabar.
               “Aku melihatnya duduk di lantai sambil memegang kepalanya. Terkadang saat berusaha mengingat-ingat sesuatu kepalanya akan terasa sakit. Dia akan menjambaki rambutnya sendiri. Kamu tahu, menyakitkan sekali melihatnya seperti itu.”
               “Apa gak ada sedikitpun kenangan yang dia ingat?”
               “Entahlah. Sepertinya memang gak ada. Tapi kadang dia merasa sedih dan menangis tanpa sebab. Saat ditanya dia hanya menjawab ada sesuatu yang diambil secara paksa dari hatinya, ada yang memaksanya melepaskan itu tapi dia tidak bisa. Aku juga gak tahu apa maksudnya.” Fajar menghela nafas panjang, berharap beban yang menyesakkan dadanya itu akan terlepas bersama nafas yang terhembus. “Ah, gak ada waktu untuk ber-melow-ria seperti ini. Jam kerja sudah habis, aku jemput pacarku lalu kita ketemu di tempat biasa ya.”
               “Okey.”
               “Sebaiknya aku cepat-cepat.”
               “Kenapa? Kenapa harus buru-buru?”
               “Agar kamu bisa segera mencari pujaan hatimu itu dan mengenalkannya juga pada kami.” aku hanya tersenyum simpul mendengar kalimat Fajar barusan.

               Apa-apaan ini…
               Kenapa semakin mendekati waktu untuk bertemu dengannya kupu-kupu dalam perutku jadi terasa semakin banyak…?

               Segelas kopi panas dihadapanku sudah mulai dingin. Aku sampai tidak sadar karena sibuk sendiri dengan pikiranku. Dia itu, selalu saja menggangguku kapanpun dan dimanapun. Bahkan dia juga menemaniku disaat-saat seperti sekarang. Aku merasa baru saja datang, padahal saat melirik kearah arloji yang melingkar dipergelangan tangan kiriku aku baru sadar bahwa aku sudah duduk disini hampir satu jam, dan Fajar tidak kunjung terlihat batang hidungnya. Anak itu selalu saja begitu, aku sampai tidak ingat lagi ini sudah kali keberapa dia membuat aku menunggu macam sekarang. Ponselnya juga tidak aktif. Apa mungkin pacarnya sakit lagi…

               Untuk sedetik sempat terlintas dalam pikiranku untuk pergi saja.
               Ashhh…. Apa aku tidak bisa sabar sebentar. Toh mencarinya kemana juga aku belum tahu dan belum tentu ketemu.

               “Sob.”
               “Akhirnya kamu….” kalimatku terhenti.
               “Maaf ya sudah buat kamu nunggu lama. Tadi itu jalanan macet total. Apalagi di perempatan dekat kantor kita yang jalannya rusak parah itu terjadi kecelakaan. Dua kakak beradik tewas ditempat. Otomatis kita jadi telat. Oiya, kamu sudah nunggu berapa lama? Tadi pacarku ini malah jauh lebih panik daripada aku, karena dia bilang gak enak sama kamu kalau terlalu lama nunggu. Oiya, kenalin sob. Ini gadis yang selama ini sering aku ceritain ke kamu. Gadis yang sebentar lagi akan menjadi milikku sepenuhnya…” Fajar menatap gadis itu dan dia hanya tersenyum malu-malu. Aku sendiri juga masih belum bisa mengalihkan pandangan darinya sejak pertama dia muncul dari belakang Fajar tadi.
               “Hai… Senang berkenalan denganmu. Uhmm… kamu pasti sudah dengar tentang musibah yang menimpaku dan membuatku kehilangan semua ingatanku dimasa lalu, tapi melihatmu sekarang ini aku merasa sepertinya kita sudah pernah bertemu. Tapi dimana ya… Maaf, aku tidak ingat betul.”
               “Sudah jangan dipaksakan, nanti kepalamu sakit lagi.” Fajar menyentuh bahunya dan aku merasa sedikit tidak nyaman dengan itu.
               “Iya, maaf ya. Oiya, Fajar sering cerita tentang kamu juga kok. Dia bilang kamu adalah sahabat satu-satunya yang bisa dia percaya.”
               “Jangan bilang begitu, nanti dia bisa keGRan.” Fajar menyenggol lenganku pelan. “Sebentar lagi makhluk es ini akan menyusul kita juga. Hei, kamu kenapa?” sepertinya Fajar sudah mulai menyadari perubahan pada raut wajahku.
               “Oya? Jadi kamu sudah menemukan gadis itu?” aku sedikit kaget mendengar pertanyaannya. “Maaf ya, Fajar sudah cerita kok. Menurutku keputusanmu itu adalah keputusan yang tepat. Dia pasti juga sudah menunggumu selama dua tahun ini. Lebih cepat menemukannya itu lebih baik.”
               “Menurutmu dia akan memaafkanku?” kalimat pertamaku akhirnya keluar.
               “Pasti. Mendengar cerita-cerita Fajar, aku merasa dia itu sangat menyayangimu. Dia selalu memendam rasa marah dan cemburunya padamu dulu. Bahkan saat kamu mencampakkannya pun dia tidak membiarkan kamu melihatnya menangis. Kalau aku jadi dia mungkin aku sudah memaki atau menamparmu berkali-kali.” gadis itu tersenyum, manis sekali. “Mungkin akan sulit baginya, tapi aku yakin dia akan memaafkanmu. Tergantung seberapa tulus dirimu, dan yang lebih penting lagi adalah seberapa kamu mengerti akan perasaanmu sendiri.”
               “Menurutmu dia akan kembali padaku?”
               “Cinta itu bukan bagaimana kita melepaskan dengan alasan membiarkannya bahagia dengan orang lain. Mencintai tidak harus memiliki, tapi pasti ada rasa ingin memiliki. Cinta yang sesungguhnya tidak akan semudah itu berubah meskipun sudah bertahun-tahun. Aku yakin dia pasti juga tahu itu.”
               “Kalau begitu aku tidak akan mencarinya lagi.” kemudian aku segera beranjak pergi. Meninggalkan sepasang kekasih dengan wajah bingung dan hanya bisa menatapku melangkah semakin jauh.

               Semakin waktu berlalu, semakin cepat langkahku, semakin panas kedua mataku, semakin dalam sesuatu yang tajam menusuk-nusuk tepat diulu hatiku. Sakit sekali.
               “Bukankah cinta itu memberikan kebahagiaan? Tidak apa-apa tidak bisa memiliki asalkan bisa melihat orang yang dicintai bahagia meskipun dengan orang lain, bahkan sahabat sendiri.”

               Masih teringat jelas bagaimana raut wajah itu tersenyum, tersipu, berbicara, berkata hal-hal tentang cinta. Semakin jelas terlihat bagaimana dia memandangku sebagai orang lain. Dan masih teringat jelas bagaimana Fajar memperlakukannya dengan begitu lembut, jauh lebih baik dari perlakuanku padanya dulu. Aku yakin aku baik-baik saja. Aku masih bisa memaksakan diri untuk tetap tersenyum meskipun sesekali aku harus menyeka air mata. Aku laki-laki, mana boleh menangis. Tidak masalah tidak bisa memilikinya lagi, toh selama dua tahun ini aku juga baik-baik saja. Sekarang aku hanya harus bersikap biasa saja. Itu bukan hal yang sulit.
               Aku harus membuka mata untuk melihatnya bahagia dengan orang yang lebih pantas. Aku tahu bagaimana Fajar begitu menyayanginya. Dan aku yakin Fajar akan melindunginya dengan lebih baik. Tidak peduli bagaimana sakitnya, aku harus melapangkan dada dan menerima kenyataan bahwa aku tidak bisa menemukan harta yang pernah aku sia-siakan. Sesuatu yang sudah terlanjur dibuang, saat memutuskan untuk mengambilnya lagi belum tentu dia masih ada disana kan. Mungkin dia telah jauh diterpa angin, atau diambil oleh orang lain. Dan saat orang itu telah memilikinya, apa lagi yang bisa dilakukan…?
               Kupejamkan mataku. Bayangannya masih sesekali berkelebat dalam kepalaku. Sekarang ini bukan lagi senyumnya yang seakan-akan mengundangku untuk kembali, merayuku untuk mencintainya dengan lebih dan lebih lagi, melainkan kesakitannya dulu saat masih bersamaku. Bagaimana dia berkali-kali mengaku bahwa dia mendapat kebahagiaan yang berlipat melalui sakitnya. Dia berkata bahwa dia akan menangis setiap hari kalau itu bisa membuatku tetap bersamanya. Dia juga berkata bahwa dia tidak akan melepaskanku sampai kapanpun, tapi saat aku memutuskan untuk pergi dia tidak akan menahanku. Dan dia membuktikan ucapannya. Dia tidak menahanku sedikitpun, sama sekali tidak, setelah dia mati-matian mempertahankan cintanya selama itu.
               Tiba-tiba saja timbul sebuah perasaan yang membuatku sangat terganggu. Andai dia baik-baik saja, mungkinkah perasaannya padaku masih sama? Aku merasa kecelakaan yang menimpanya dua tahun lalu adalah karena aku. Kecelakaan yang sebenarnya aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri. Kecelakaan yang membuatnya benar-benar melepaskanku, bukankah memang itu yang aku mau?

               Aku terbangun dalam tidurku.
               Aku harus menemuinya, aku harus bicara. Meskipun tidak ada lagi aku dalam ingatannya, dia harus tahu aku masih mencintainya, bahkan sejak aku menyia-nyiakannya dua tahun lalu.

end